- TUJUAN
·
Mengetahui bagaimana
pembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
·
Dapat menghitung pembiasan
pada kaca plan paralel dan prisma
·
Mengetahui kegunaan
sehari-hari kaca plan paralel dan kaca prisma
·
Mengetahui dan menghitung
pembelokan cahaya pada kaca plan paralel dan prisma
B. LANDASAN TEORI
Ø PlanParalel
Konsep
Fisis Hal yang mempengaruhi pembiasan pada kaca planparalel adalah sudut
datang, tebal kaca, dan indeks bias kaca. Semakin besar sudut datangnya, maka
semakin kecil sudut refleksinya, tetapi jika besar sudut datangnya kecil, maka
sudut refleksinya juga semakin kecil. Semakin tebal kaca, maka semakin besar
nilai pergeseran sinar yang melewati kaca. Semakin besar indeks bias kaca, maka
semakin besar pula nilai pergeserannya. Suatu sifat gelombang yang menarik
adalah bahwa gelombang dapat dibelokkan oleh rintangan tergantung indeks bias.
Hal ini sering disebut dengan pembiasan gelombang. Salah satu gelombang
tersebut adalah cahaya. Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik
yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang
fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang
kasat mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang
disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya
secara bersamaan sehingga disebut dualisme gelombang partikel. Paket cahaya
yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Studi mengenai cahaya
dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik
seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fase
cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan
paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik
fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing
studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics)
dan optika fisis (en:physical optics). Salah satu sifat yang dimiliki sebuah
cahaya adalah pembiasan cahaya saat cahaya masuk melalui dua medium yang
berbeda. Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati
bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya
menganut hukum Snellius tentang pembiasan cahaya. Setiap cahaya yang datang dan
melewati medium yang berbeda, maka sinar tersebut dibiaskan tergantung
kerapatannya. Sudut sinar bias dapat mendekati garis normal maupun menjauhinya
tergantung kerapatannya. Hukum ini dapat ditulis dengan matematis bahwa nisbah
sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan, yang tergantung pada medium.
Perumusan lain yang ekivalen adalah nisbah sudut datang dan sudut bias sama
dengan nisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan
nisbah indeks bias. Dengan demikian sinar yang melalui dua medium yang berbeda
dapat dibelokkan tergantung dengan nilai indeks bias yang dimiliki. Salah satu
medium yang dapat membuat cahaya terbiaskan dan dapat diamati pembiasannya
adalah kaca planparalel. Kaca planparalel adalah sebuah kaca yang terdiri dari
beberapa bidang datar di sekitarnya. Bentuk kaca planparalel adalah sebuah
balok sehingga dapat memungkinkan pengamatan yang berbeda-beda tergantung
ketebalannya. Jika sinar datang menuju kaca planparalel, sinar yang dipantulkan
dibelokkan menuju garis normal. Di sisi lain, berkas cahaya yang muncul dalam
kaca dibiaskan ke udara, sudut bias lebih besar dari sudut datang dan sinar
yang dipantulkan dibelokkan menjauhi garis normal. Hasil dari pembiasan
tersebut adalah sebuah pergeseran sinar cahaya yang seharusnya
tetap lurus menembus menjadi terbelokkan tetapi tetap sejajar dengan sinar
aslinya. Pergeseran sinar tersebut dapat diamati dengan jelas tergantung medium
yang dilewatinya. Besarnya pergeseran sinar (t) pada kaca planparalel dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan:
Keterangan:
d = tebal
balok kaca, (cm)
i = sudut
datang, (°)
t =
pergeseran cahaya, (cm)
Ø
Prisma
Prisma adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang datar yang membentuk sudut tertentu satu sama lain. Prisma merupakan salah satu benda optik yang dapat menguraikan sinar putih (polikromatik) menjadi sinar-sinar penyusunnya.
Sudut pembias prisma ().
Prisma adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang datar yang membentuk sudut tertentu satu sama lain. Prisma merupakan salah satu benda optik yang dapat menguraikan sinar putih (polikromatik) menjadi sinar-sinar penyusunnya.
Sudut pembias prisma ().
Sudut pembias
prisma ini dibentuk oleh kedua bidang pembias prisma. Atau disebut juga sudut puncak prisma.
Sudut
Deviasi
Sudut deviasi adalah sudut yang
dibentuk antara perpanjangan sinar yang menuju prisma dengan perpanjangan sinar
yang keluar dari prisma.
Persamaan yang digunakan pada
pembentukan sudut deviasi adalah :
(i). Persamaan snellius untuk sinar
datang menuju prisma :
(ii). Sudut pembias prisma :
(iii). Persamaan Snellius untuk
sinar yang keluar dari prisma :
Adapun besar sudut deviasi prisma
adalah :
- PERCOBAAN
·
Alat dan Bahan
1.
Kaca plan
paralel
2.
Kertas putih
polos
3.
Jarum pentul
4.
Busur derajad
5.
Pensil
6.
Pulpen
7.
Penggaris
8.
Sterofoam dan
meja
·
Langkah Kerja
1.
Menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan.
2.
Menggaris
tepi-tepi kaca dengan menggunakan pensil sehingga ukuran kaca tercetak sama
persis di atas kertas putih polos.
3.
Memposisikan
mata kamu di depan kaca plan paralel.
4.
Meletakkan jarum
pentul yang pertama di dekat tepi kertasputih polos, jarum pentul kedua
letakkan pada satu garis lurus diantara jarum pertama dengan kaca plan paralel.
5.
Memposisikan
mata kamu di belakang kaca plan paralel.
6.
Meletakkan jarum
pantul yang ketiga sejajar dengan jarum pertama dan kedua di tepi kertas (dekat
dengan mata). Meletakkan jarum ke empat di antara jarum ketiga dengan kaca
plan paralel.
7.
Mencabut keempat
jarum tadi setelah sejajar.
8.
Membuat garis
lurus yang menghubungkan lubang jarum pertama dan kedua hingga mengenai pola
kaca plan paralel garis ini dapat disebut sebagai garis berkas sinar datang(i),
dengan cara yang sama menghubungkan lubang jarum ketiga dan keempat sehingga
mengenai pola kaca plan paralel, garis ini disebut garis berkas sinar pantul
(r).
9.
Mengukur dan
mencatat sudut sinar datang (i) dan sudut sinar pantul (r) pada tabel
pengamatan.
10. Mengulangi
percobaan sebanyaklima kali, pada kertas berbeda untuk posisi jarum yang
berbeda-beda (sudut kemiringannya terhadap kaca plan paralel).
11. Catatlah
hasil pengamatan ke dalam tabel data
·
Data Percobaan
Plan Paralel
No
|
D
|
i (0)
|
r (0)
|
i-r(0)
|
Sin
(i-r)
|
Cos
r
|
t (cm)
|
1
|
6
|
42
|
27
|
15
|
0,26
|
0,89
|
1,75
|
2
|
6
|
36
|
21
|
15
|
0,256
|
0,93
|
1,66
|
3
|
6
|
75
|
40
|
35
|
0,57
|
0,77
|
4,44
|
4
|
6
|
33
|
22
|
11
|
0,19
|
0,92
|
1,24
|
5
|
6
|
24
|
16
|
8
|
0,13
|
0,96
|
0,86
|
·
Analisis
Percobaan
ü
Percobaan I
Diketahui:
d = 6 cm
i = 42o
r = 27o
Ditanya: t
Jawab:
t =
t =
t =
t = 1,75 cm
Jadi, pergeseran pada percobaan pertama kaca plan
paralel adalah 1,75 cm.
ü
Percobaan II
Diketahui:
d = 6 cm
i = 36o
r = 21o
Ditanya: t
Jawab:
t =
t =
t =
t = 1,66 cm
Jadi, pergeseran pada percobaan pertama kaca plan
paralel adalah 1,66 cm.
ü
Percobaan
III
Diketahui:
d = 6 cm
i = 75o
r = 40o
Ditanya: t
Jawab:
t =
t =
t =
t = 4,44 cm
Jadi, pergeseran pada percobaan pertama kaca plan
paralel adalah 4,44 cm.
ü
Percobaan IV
Diketahui:
d = 6 cm
i = 33o
r = 22o
Ditanya: t
Jawab:
t =
t =
t =
t = 1,24 cm
Jadi, pergeseran pada percobaan pertama kaca plan
paralel adalah 1,24 cm.
ü
Percobaan V
Diketahui:
d = 6 cm
i = 24o
r = 16o
Ditanya: t
Jawab:
t =
t =
t =
t = 0,86 cm
Jadi, pergeseran pada percobaan pertama kaca plan
paralel adalah 0,86 cm.
Rata-rata pergeseran pada percobaan menggunakan kaca
plan paralel adalah
Diket: t1 : 1,75 cm
t2 : 1,66 cm
t3 : 4,44 cm
t4 : 1,24 cm
t5 : 0,86 cm
maka, rata-ratanya adalah
t1+
t2 + t3 + t4 + t5
5
1,75 + 1,66 + 4,44 + 1,24 + 0,86
5
= 1,99 cm
·
Data Percobaan Prisma
No
|
i1(0)
|
r1(0)
|
i2 (0)
|
r2(0)
|
D (0)
|
(0)
|
1
|
57
|
30
|
30
|
47
|
44
|
60
|
2
|
44
|
25
|
37
|
64
|
27
|
81
|
3
|
41
|
28
|
32
|
54
|
35
|
60
|
4
|
61
|
34
|
28
|
68
|
67
|
62
|
5
|
55
|
40
|
20
|
48
|
49
|
54
|
·
Analisis Percobaan
ü
Percobaan I
Diket :
i1
: 57o
r1
: 30o
i2
: 30o
r2
: 47o
Ditanya: dan D
Jawab: = r1 + i2
= 30o + 30o
= 60o
D = (i1 + r2) –
= (57o +
47o) -60o
= 104 o - 60o
= 44 o
Jadi, pada percobaan I nilai adalah 60o
dan D adalah 44 o
ü
Percobaan II
Diket :
i1
: 44o
r1
: 25o
i2
: 37o
r2
: 64o
Ditanya: dan D
Jawab: = r1 + i2
= 25o + 37o
= 62o
D = (i1 + r2) –
= (44o +
64o) -62o
= 108o - 62o
= 46o
Jadi, pada percobaan I nilai adalah 62o
dan D adalah 46 o
ü
Percobaan III
Diket :
i1
: 41o
r1
: 28o
i2
: 32o
r2
: 54o
Ditanya: dan D
Jawab: = r1 + i2
= 28o + 32o
= 60o
D = (i1 + r2) –
= (41o +
54o) -60o
= 95o - 60o
= 35 o
Jadi, pada percobaan I nilai adalah 60o
dan D adalah 35 o
ü
Percobaan IV
Diket :
i1
: 61o
r1
: 34o
i2
: 28o
r2
: 68o
Ditanya: dan D
Jawab: = r1 + i2
= 34o + 28o
= 62o
D = (i1 + r2) –
= (61o +
68o) -62o
= 129o - 62o
= 67 o
Jadi, pada percobaan I nilai adalah 62o
dan D adalah 67 o
ü
Percobaan V
Diket :
i1
: 55o
r1
: 40o
i2
: 20o
r2
: 48o
Ditanya: dan D
Jawab: = r1 + i2
= 40o + 20o
= 60o
D = (i1 + r2) –
= (55o +
48o) -60o
= 103o - 60o
= 43 o
Jadi, pada percobaan I nilai adalah 60o
dan D adalah 43 o
ü
Rata-rata
deviasi minimum pada percobaan menggunakan prisma adalah
Diket : D1 : 44o
D2 : 46o
D3 : 35o
D4 : 67o
D5 : 43o
Maka, rata-ratanya adalah
D1+D2
+D3+D4+D5
5
44o+46o
+35o+67o+43o
5
= 47o
·
Pembahasan Plan Paralel dan Prisma
Plan Paralel
Pada
percobaan kali ini, menggunakan kaca plan paralel atau balok kaca. Balok kaca itu
sendiri adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar.
Sebelum melewati kaca plan paralel, terlebih dahulu cahaya yang berasal dari
sumber cahaya melewati lensa dengan f=100 mm. setelah itu diteruskan melewati
diafragma 1 celah. Hal itu berfungsi untuk memusatkan cahaya pada satu celah
guna untuk mempermudah melihat efek pembiasan pada kaca plan paralel. Pada percobaan ini balok kaca berada di
letakkan diatas meja optik. Berkas sinar masuk dari salah satu sisi balok kaca
dengan sudut datang d dan lalu mengalami pembiasan dua kali. Pertama, saat
melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar dibiaskan
dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas antara balok kaca dan
udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang r dan sudut bias r'.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa besar sudut
datang pertama tidak sama dengan sudut biasnya. Tampak bahwa berkas sinar yang masuk ke balok
bergeser ke arah kiri bawah saat keluar dari balok kaca, namun keduanya tampak
sejajar, walaupun sebenarnya mengalami pergeseran. Pergeseran yang terjadi
disebabkan oleh pengaruh dari ketebalan balok kaca.
Hal ini sesuai
dengan Hukum II Snellius: berbunyi “ Jika
sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya: dari
udara ke air atau dari udara ke kaca), maka sinar di belokkan mendekati garis
normal. Jika
sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka
sinar di belokkan menjauhi garis normal ”.
Prisma
Adanya ketidak sesuaian pada nilai
sudut deviasi antara perhitungan dengan rumus dan perhitungan dengan busur
derajat dapat terjadi karena beberapa factor, di antaranya:
1) Kurang tepatnya peletakan jarum
pentul pada saat pengamatan sedang di lakukan.
2) Penggambaran sinar bias atau sinar
datang serta perpanjangannya yang kurang tepat atau tidak benar-benar lurus
D.
KESIMPULAN
Dari percobaaan yang telah dilakukan
dapat di peroleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1) Cahaya yang melewati prisma
akan mengalami pembiasan sehingga terjadi pembelokan cahaya yang masuk dan
keluar prisma
2) Dengan memperpanjang sinar
yang masuk dan keluar prisma akan di peroleh perpotongan yang di sebut sudut
deviasi
3) Sudut
deviasi berharga minimum jika sudut datang pertama (i1) sama
dengan sudut bias kedua (r2).
4) Pada prisma
terjadi dua kali pembiasan, Sinar akan terjadi pembelokan atau pembiasan
di saat sinar melalui dua medium yang tingkat kerapatannya berbeda. Apabila
kerapatannya lebih tinggi dari udara, maka sinar mengalami pembiasan mendekati
garis normal. Sebaliknya, ketika sinar dari prisma keluar menuju medium yang
tingkat kerapatannya lebih rendah juga mengalami pembiasan, tetapi pembiasannya
menjauhi garis normal
5) Sinar datang dan sinar keluar inilah yang akan
membentuk sudut deviasi pada prisma.
6) Rata-rata
besar sudut deviasi prisma adalah 62
0 komentar:
Posting Komentar